Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Menjaga Kedaulatan Peternak Rakyat Blitar di Tengah Ancaman Investasi Besar

Yahya M. Peternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar*

Debat publik pertama pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Blitar tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 18 Oktober di Srengat menghadirkan berbagai visi dan janji dari para calon.

Salah satu pernyataan yang menarik perhatian saya sebagai peternak ayam petelur skala UMKM di Blitar adalah janji dari Becky Hardiansyah, calon wakil bupati nomor urut 1, yang menyatakan akan mendatangkan investor besar ke Blitar.

Bahkan, beberapa minggu yang lalu, beredar video di medsos menunjukkan Becky mengantar investor dari sebuah perusahaan integrator peternakan di Blitar. Sebagai peternak yang aktif dalam koperasi ternak ayam petelur, saya merasa perlu menyampaikan pandangan kritis terkait hal ini.

Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa kedatangan perusahaan integrator di sektor peternakan rakyat bukanlah kabar baik. Sebagai peternak skala kecil yang tergabung dalam koperasi dan asosiasi, kami sudah lama menentang kehadiran perusahaan besar di bidang budidaya ternak.

Perusahaan integrator ini sudah memonopoli berbagai aspek penting dalam rantai pasokan, mulai dari pakan hingga bibit (DOC). Jika mereka masuk ke dalam budidaya, apa yang tersisa untuk peternak rakyat?

Sektor budidaya seharusnya menjadi wilayah kami, para peternak lokal. Jika perusahaan besar ikut terjun, kami tidak memiliki daya tawar yang cukup untuk bersaing dengan mereka.

Logika sederhana menunjukkan bahwa persaingan antara peternak rakyat dan perusahaan besar adalah persaingan yang tidak seimbang. Perusahaan integrator memiliki modal yang jauh lebih besar, akses ke teknologi yang lebih canggih, dan jaringan distribusi yang lebih luas.

Dalam kondisi demikian, bagaimana mungkin peternak skala kecil dapat bertahan? Pada akhirnya, peternak rakyat seperti kami akan tersingkir, dan keberlanjutan usaha peternakan skala kecil yang selama ini menopang perekonomian Blitar terancam punah.

Pernyataan Becky tentang mendatangkan investor mungkin terdengar menggiurkan bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang menginginkan pembangunan cepat. Namun, kita tidak boleh menutup mata terhadap dampak jangka panjang yang akan terjadi jika peternak rakyat terus-menerus diabaikan.

Peternakan rakyat di Blitar bukan sekadar sektor ekonomi kecil; ini adalah bagian dari kehidupan sosial dan ekonomi daerah yang telah terbangun selama bertahun-tahun. Jika sektor ini dihancurkan oleh investasi besar, maka kita tidak hanya kehilangan mata pencaharian ribuan peternak, tetapi juga kedaulatan ekonomi lokal.

Di sisi lain, saya justru setuju dengan pasangan nomor urut 2 yang berfokus pada memaksimalkan peran perusahaan daerah dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak. Ini adalah solusi konkret yang lebih berpihak pada peternak rakyat.

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk memberdayakan peternakan rakyat, bukan mendatangkan kompetitor besar yang hanya akan memperparah ketimpangan.

Selain itu, masalah yang dihadapi peternak rakyat di Blitar bukan hanya soal pakan dan bibit, tetapi juga pemasaran produk. Kami sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk memasarkan hasil peternakan, terutama telur, agar memiliki daya saing di pasar yang lebih luas.

Harga telur yang fluktuatif dan rendah seringkali menjadi masalah utama bagi peternak kecil. Jika pemerintah serius ingin membantu, fokus mereka seharusnya pada penguatan pemasaran produk lokal, bukan malah mendatangkan investasi yang berisiko menggeser peternak rakyat.

Akhirnya, saya melihat debat publik pasangan calon Bupati dan wakil Bupati bukan hanya sekadar ajang penyampaian janji politik, melainkan momen penting bagi kita semua untuk menilai visi calon pemimpin daerah.

Bagi peternak rakyat Blitar, pilihan kita haruslah pada pemimpin yang memahami dan melindungi kepentingan ekonomi lokal, bukan mereka yang hanya berfokus pada pembangunan yang menguntungkan segelintir pihak besar.

Keberpihakan kepada peternak rakyat adalah keberpihakan kepada kemandirian ekonomi daerah. Ini adalah perjuangan kami untuk bertahan dan berkembang di tanah kami sendiri.

Blitar, 20 Oktober 2024
Penulis : Yahya M (Peternak ayam petelur skala kecil di Kabupaten Blitar)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Yang menghancurkan peternak petelur kecil di Blitar adalah peternak besar mas Yahya… hingga hari ini blm ada investor integrator besar yg buka kandang di Blitar. Silahkan tanya omset penjualan pakan di Poultry Shop, dari thn 2010 hingga 2024, apakah tambah besar atau tambah kecil?
    Kenyataan nya tambah kecil.
    Peternak rakyat yg kecil belanja pakan di Poultry Shop mas… mereka jumlah nya tiap tahun tambah kecil karena kalah bersaing sama peternak layer besar, karena beli pakan nya sekaligus besar dari pabrik langsung. Modal mereka pun besar.
    Jadi tugas dan tantangan nya skrg ini adalah mengumpulkan peternak layer kecil dan mempersatukan mereka supaya bisa punya kandang yg besar. Hanya dengan kandang bersama yg besar baru bisa melawan efisiensi dan produktifitas peternak layer besar.
    Investor yg dimaksud yg akan diundang adalah investor yg mau memberikan / menyediakan modal kerja berupa kandang besar-besar utk supaya mau disewakan kepada peternak kecil-kecil ini. Saat ini peternak kecil hanya pelihara 1000-5000 ekor di kandang masing-masing. Bagaimana bisa menang efisiensi nya dilawan yang kandang nya 50.000 – 100.000 ekor?
    Dengan investor mau menyewakan kandang kapasitas 100.000 ekor ke 20 peternak kecil (masing-masing peternak punya 5000 ekor) maka produksi efisiensi dan Performa kandang yg bagus akan tercapai.
    Jadi kalau mas Yahya tidak punya alasan kuat dan bukti nyala bahwa Investor memonopoli peternak kecil di Blitar, mohon jangan asal bicara.
    Saya hingga saat ini belum melihat adanya pabrikan pakan yang memonopoli dan menzolimi peternak rakyat di Blitar.