MATABLITAR.COM – Dalam upaya memperkuat partisipasi masyarakat dan transparansi pembangunan di tingkat desa, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PCNU Kabupaten Blitar bersama pelaksana Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) menyelenggarakan pelatihan jurnalistik warga desa.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Sabtu hingga Minggu (16-17 November 2024), di empat desa lokus program Desa Inklusi P3PD. Desa-desa tersebut meliputi Desa Kemloko (Kecamatan Nglegok), Desa Kebonagung (Kecamatan Wonodadi), Desa Tuliskriyo (Kecamatan Sanankulon), dan Desa Balerejo (Kecamatan Wlingi).
Setiap sesi pelatihan diadakan langsung di desa masing-masing dengan melibatkan sekitar 50 han peserta yang terdiri dari pengurus Sekolah Lapang Desa dan warga desa setempat.
Pelatihan ini bertujuan membekali peserta dengan kemampuan jurnalistik dasar agar mampu menyampaikan informasi yang relevan, mendokumentasikan kegiatan desa, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sosial di tingkat lokal.
Eva Wulan Septiana, selaku pelaksana kegiatan dari tim lokal P3PD Kabupaten Blitar, menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang untuk menjawab tantangan minimnya partisipasi masyarakat dalam mengawasi pembangunan dan kebijakan desa akibat terbatasnya akses serta pemahaman terhadap informasi publik.
“Di era digital ini, keterampilan jurnalistik menjadi alat efektif untuk memberdayakan warga desa. Mereka dapat menyuarakan aspirasi, mengamati perkembangan desa, serta menyampaikan informasi secara akurat kepada masyarakat luas,” ujar Eva saat diwawancarai pada Minggu (17/11/2024).
Menurut Eva, pelatihan ini memberikan keterampilan penting bagi peserta dalam menulis, mendokumentasikan, dan menyebarluaskan informasi tentang kehidupan sosial serta pemerintahan desa.
Selain itu, diharapkan masyarakat mampu menjadi agen perubahan yang aktif dalam partisipasi pembangunan dan kebijakan di tingkat desa.
“Kami berharap peserta mampu menghasilkan karya jurnalistik yang beretika dan berimbang, sehingga tercipta transparansi di desa. Dengan begitu, pemerintah desa dan masyarakat dapat bekerja sama untuk pembangunan yang berkelanjutan,” tambah Eva.
Eva juga menyampaikan harapannya agar pasca pelatihan ini terbentuk kelompok atau tim jurnalis warga di masing-masing desa. Tim ini diharapkan dapat berfungsi sebagai media komunikasi lokal yang menyampaikan informasi terkait kegiatan desa, kebijakan publik, dan isu sosial lainnya.
“Produksi konten berita lokal bisa berupa artikel, laporan, atau berita tentang kegiatan desa yang disampaikan melalui buletin desa, media sosial, atau website desa,” jelasnya.
Pelatihan ini turut menghadirkan narasumber dari tim media MataBlitar.com, yakni Bahrul Ulum selaku direktur media dan Putut Daerobi. Ulum menyatakan apresiasinya terhadap kegiatan ini, yang menurutnya sangat bermanfaat dalam mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam akuntabilitas sosial.
“Kegiatan ini sangat menarik karena dampaknya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat desa untuk berperan aktif dalam pembangunan desa yang akuntabel,” ujar Ulum.
Selain memberikan materi dasar jurnalistik, Bahrul dan tim juga menyampaikan pengelolaan media sosial secara bijak. Ia menekankan pentingnya kemampuan warga desa untuk membedakan berita kredibel dengan berita hoaks serta memanfaatkan media sosial untuk hal-hal positif.
“Dengan pelatihan ini, minimal warga desa bisa memahami cara menyaring informasi dan menggunakan media sosial secara bertanggung jawab,” tambahnya.
Antusiasme peserta menjadi salah satu pemandangan menarik selama pelatihan berlangsung. Di setiap desa lokus, peserta terlihat aktif mengikuti materi, dengan banyak yang mengajukan pertanyaan untuk memperdalam pemahaman mereka.
Menurut panitia, semangat peserta menjadi indikasi positif bahwa masyarakat desa mulai sadar akan pentingnya keterampilan jurnalistik sebagai alat untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas.
“Kami melihat semangat yang luar biasa dari peserta. Ini adalah langkah awal yang baik untuk membangun budaya jurnalistik warga yang kuat di desa-desa,” pungkas Eva.
Dengan pelatihan ini, diharapkan warga desa tidak hanya menjadi penerima manfaat pembangunan, tetapi juga aktor aktif yang turut mengawasi jalannya pembangunan desa.
Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan tata kelola desa yang lebih inklusif, transparan, dan berkelanjutan. (Sw/red)