MATABLITAR.COM – Liburan kelas kok disekitar Blitar saja, diluar kota dong!. Itulah motivasi siswa-siswi kelas 12 Ilmu Bahasa dan Budaya (IBB) SMA Negeri 1 Talun Blitar untuk menggelar kunjungan eksotis ke Candi Cetho dan Museum Purbakala Sangiran di Jawa Tengah, pada Jumat 10 November 2023 hingga Sabtu 11 November 2023.

Rombongan terdiri dari 31 siswa, dua guru pendamping yaitu Bapak Eko Hasumi Aditya dan Ibu Chatrina Darul Rosikah, serta satu sopir, berangkat dari sekolah menggunakan dua mobil HiAce pada pukul 22.00 malam, siap menaklukkan jalanan gelap menuju petualangan bersejarah.

Perjalanan Menuju Tujuan

Peserta kunjungan berangkat dari SMA Negeri 1 Talun dengan 2 mobil HI ACE pada Jumat malam pukul 22.00 malam.

Perjalanan malam itu penuh cerita: rombongan berhenti berulang kali di pom bensin untuk meregangkan kaki dan ngobrol seru, sebelum akhirnya mendarat di Rest Area Tawangmangu pukul 03.00 dini hari, di mana aroma kopi panas dan nasi goreng menggoda membangunkan perut lapar setelah perjalanan panjang.

Pagi harinya pukul 06.00, matahari baru terbit menyinari lereng Gunung Lawu saat mereka meluncur ke Candi Cetho, situs suci era Majapahit yang berdiri gagah di ketinggian 1.400 mdpl. 

Sebelum memasuki Candi Cetho siswa-siswi membersihkan diri terlebih dahulu dan memakai kain jarik sebagai ketentuan bagi setiap pengunjung yang ingin memasuki candi.

Bagi siswa yang tidak membawa jarik, disana sudah disiapkan tempat penyewaan jarik dengan pembayaran seikhlasnya. Sebelum memasuki area candi siswa dan siswi berswa foto di komplek candi. Tepat jam 10.00 rombongan mulai memasuki area candi.

Pak Hasumi memimpin dengan penjelasan mendalam tentang relief-relief kuno yang menceritakan kisah dewa-dewi Hindu-Buddha, membuat siswa terpaku seolah waktu berhenti.

Menaiki anak tangga curam menuju puncak, rombongan disambut angin sepoi dan pemandangan hamparan sawah hijau yang memesona, simbol kesuburan tanah Jawa.  

Sorot khusus tertuju pada arca lingga atau phallus dari batu andesit di teras candi, simbol kelamin pria yang melambangkan penciptaan manusia, kesuburan alam, serta energi maskulin Dewa Shiva dalam harmoni dengan yoni—mewakili keseimbangan kosmis Hindu untuk keberlanjutan kehidupan, jauh dari makna vulgar tapi sarat filosofi spiritual era Majapahit.

Di ubun-ubun candi, kejutan menanti, seorang ahli bahasa dan budaya lokal berbagi kisah hidupnya meneliti aksara kuno Pallawa pada prasasti candi, mengungkap rahasia bahasa nenek moyang yang masih hidup dalam ritual desa hingga kini.

Ilmu baru itu seperti benang merah menghubungkan masa lalu dengan identitas modern siswa, memperkaya pemahaman tentang warisan linguistik Nusantara.

Saat turun lewat jalur kiri, kabut tebal mendadak turun bagai tirai mistis dari langit, menyelimuti pepohonan dan menciptakan suasana seperti masuk portal ke kerajaan Majapahit—beberapa siswa berbisik, “Rasanya seperti film fantasi sejarah!” momen yang menggetarkan jiwa dan takkan pudar dari ingatan.

Penyelaman Mendalam ke Museum Purbakala Sangiran

Pukul 13.20, rombongan tiba di parkiran Museum Purbakala Sangiran—situs Warisan Dunia UNESCO yang menyimpan rahasia evolusi manusia—lalu berangkat menuju pusat lokasi dengan menaiki dua pikap yang bergoyang melewati hamparan sawah hijau purba dan deretan pedagang kaki lima yang ramai menjajakan suvenir fosil mini.

Di dalam, fosil Homo sapiens dan Homo erectus menjadi bintang utama, replika tengkoraknya seolah berbisik cerita perjuangan bertahan hidup 1,5 juta tahun lalu, lengkap dengan foto arca Meganthropus paleojavanicus yang gagah.

Tawa rombongan pecah saat seorang siswa kepo usil mengotak-atik monitor interaktif yang menampilkan gambar fosil Homo erectus, tiba-tiba layar eror dan keluar dari tampilan utama—panik, dia langsung lari keluar ruangan takut ketahuan CCTV pengawas yang memantau setiap sudut galeri.

Karena kejadian itu beberapa siswa begitu terhanyut hingga tersesat sebentar di labirin galeri, tapi itu justru menambah cerita lucu di pusat oleh-oleh di mana mereka memburu replika fosil sebagai suvenir.

Pulang dengan Kenangan Abadi

Setelah semua agenda usai sekitar pukul 17.00, rombongan pamit dari Sangiran dengan hati penuh, berangkat pulang sambil bernyanyi lagu kebersamaan.

Mampir ke restoran di rest area terdekat, mereka menikmati santapan lezat ala Jawa seperti sate ayam smokey, gudeg manis gurih, dan wedang ronde hangat yang meleleh di lidah, sekaligus berburu oleh-oleh batik motif parang, keripik tempe, serta permen jahe untuk keluarga di rumah.

Istirahat sejenak itu seperti oase menyegarkan jiwa petualang lelah, sebelum melanjutkan perjalanan malam yang mulus hingga tiba di SMA Negeri 1 Talun pukul 22.00 malam, menutup studi tour dua hari ini dengan rasa bangga atas akar budaya Indonesia yang kaya dan inspirasi untuk belajar lebih dalam tentang sejarah bangsa.

Penulis : Willson Estrada (Mahasiswa STIT Al-Muslihuun)