MATABLITAR.COM – Di tengah derasnya arus perubahan global, pertanyaan mendasar yang relevan kita ajukan menjelang gelaran Konfercab PMII Blitar Ke XXI ini adalah: akan dibawa ke mana arah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Blitar?
Apakah kita cukup puas jika PMII hanya menjadi organisasi kaderisasi yang berjalan rutin setiap periode, ataukah kita berani melompat lebih jauh menjadikannya laboratorium gerakan intelektual profesional dan basis transformasi sosial?
Bagi saya, jawaban dari pertanyaan itu sudah jelas. PMII Blitar harus hadir sebagai ruang yang melahirkan insan berdaya pikir kritis, inovatif, responsif, dan berani memberi jawaban atas persoalan sosial.
Kita tidak boleh terjebak dalam romantisme masa lalu ataupun rutinitas yang kehilangan ruh. PMII harus menjadi kawah candradimuka bagi generasi yang siap berperan nyata dalam membangun peradaban ideal.
Intelektual profesional yang saya maksud bukan sekadar berorientasi pada teori atau capaian akademik. Lebih dari itu, ia adalah keberanian untuk mengolah gagasan menjadi tindakan nyata.
Seorang kader PMII tidak boleh berhenti pada retorika, melainkan harus mampu terjun langsung dalam problem sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.
Profesionalitas berarti menegakkan standar etika, disiplin, dan kapasitas keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan, baik di internal organisasi maupun dalam ranah publik.
Kaderisasi berbasis intelektual profesional adalah jawaban atas tantangan zaman. Kita hidup di era yang menuntut generasi muda adaptif terhadap perubahan global, namun tetap berpijak pada nilai keislaman dan kebangsaan.
Karena itu, ruang kaderisasi PMII harus dikelola dengan metode yang visioner: menyatukan teori dengan praksis, melahirkan kader yang cakap berorganisasi, berwawasan luas, serta memiliki orientasi pengabdian sosial.
Lebih jauh, saya percaya pergerakan mahasiswa harus progresif sekaligus berdampak. Progresif berarti berani melampaui batas-batas lama dengan gagasan baru, sedangkan berdampak berarti memastikan setiap langkah organisasi memberi manfaat nyata, baik bagi kader sendiri, masyarakat sekitar, maupun bangsa secara keseluruhan.
Apa artinya kita aktif berdebat, berdiskusi, atau berorasi, jika ujungnya tidak dirasakan oleh rakyat kecil di sekitar kita?
Namun, visi besar ini tidak mungkin terwujud tanpa pondasi yang kokoh: soliditas organisasi dan tata kelola kelembagaan. Gagasan sebesar apa pun akan rapuh jika manajemen organisasi amburadul.
Karena itu, membangun ikatan emosional dan ideologis antar-kader, serta memastikan tata kelola yang transparan dan akuntabel, adalah syarat mutlak agar PMII Blitar mampu bergerak maju.
Saya meyakini, visi PMII sebagai laboratorium intelektual profesional dan basis transformasi sosial bukanlah sekedar jargon. Visi ini lahir dari kesadaran bahwa peradaban ideal hanya bisa dibangun oleh manusia yang berintegritas, berkapasitas, dan berani melakukan perubahan.
Melalui kaderisasi intelektual profesional, PMII Blitar akan melahirkan pemimpin yang piawai dalam gagasan, teguh dalam tindakan, dan konsisten dalam pengabdian.
Akhirnya, PMII harus kita hadirkan sebagai rumah besar bagi siapa saja yang ingin tumbuh, berproses, dan berkontribusi. Inilah saatnya kita menjadikan PMII sebagai motor penggerak transformasi sosial.
Dengan intelektual profesional sebagai bekal, saya yakin PMII Blitar mampu melahirkan generasi emas yang akan menorehkan jejak penting dalam sejarah peradaban.
Blitar, 04 September 2025
Muhammad Riski Fadila (Ketua PMII Komisariat Bongkar 2024-2025)