MATABLITAR.COM – Sebanyak 15 Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) bersama anggota keluarganya asal Kabupaten Blitar mengikuti Pelatihan Lanjutan Literasi Keuangan yang digelar Yayasan INFEST Yogyakarta bekerja sama dengan Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Kabupaten Blitar. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Puri Perdana, Kota Blitar, Minggu (14/12/2025).

Pelatihan lanjutan ini dirancang sebagai upaya pendampingan sekaligus monitoring atas rencana keuangan yang sebelumnya telah disusun para CPMI. Tujuannya, memastikan pengelolaan remitansi benar-benar diarahkan untuk kegiatan produktif dan investasi jangka panjang, bukan sekadar konsumsi sesaat.

Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu negara pengirim pekerja migran terbesar di dunia. Arus devisa dari remitansi PMI pun tergolong signifikan.

Namun, rendahnya literasi keuangan masih menjadi persoalan mendasar yang membuat banyak PMI dan keluarganya rentan terjerat utang, menjadi korban penipuan, hingga gagal memanfaatkan hasil kerja di luar negeri untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga secara berkelanjutan.

Program Manager INFEST Yogyakarta, Sofwan Hadi, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari Pelatihan Literasi Keuangan untuk Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya yang telah dilaksanakan pada Oktober 2025 lalu.

“Rencana keuangan sebenarnya sudah dibuat. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menjembatani antara perencanaan di atas kertas dengan praktik di kehidupan nyata. Pelatihan lanjutan ini memastikan lembar perencanaan tersebut benar-benar menjadi panduan aktif, bukan hanya arsip,” ujar Sofwan Hadi saat membuka acara.

Ia menambahkan, pelatihan ini menjadi bagian dari program Inhouse Training for the Migrant Worker Household for Financial Management, yang menitikberatkan pada penguatan peran keluarga dalam pengelolaan keuangan pekerja migran.

Selain sesi pendampingan, kegiatan ini juga diisi dengan berbagi pengalaman dari purna PMI yang dinilai sukses mengelola hasil kerja migrasi serta narasumber pelaku usaha produktif.

Ketua KOPI Blitar, Suliyati, menegaskan pentingnya peran komunitas dalam menjaga semangat berwirausaha para PMI setelah kembali ke tanah air.

“Kami di KOPI Blitar selalu mendorong anggota untuk punya visi ke depan. Jangan sampai uang hasil kerja keras di luar negeri habis tak bersisa. Pengelolaan uang yang bijak, mulai dari pelunasan utang yang wajar hingga investasi, itulah kuncinya,” jelas Suliyati dalam sambutannya.

Menurutnya, keberadaan komunitas menjadi ruang saling menguatkan, berbagi pengalaman, sekaligus pengingat agar PMI dan keluarganya tetap konsisten menjalankan rencana keuangan yang telah disusun.

Sementara itu, Nova Erna TW, pemilik Wijaya Grosir yang hadir sebagai narasumber, membagikan pengalamannya dalam membangun usaha produktif pasca migrasi. Ia menilai pekerja migran memiliki modal yang sangat kuat untuk mandiri secara ekonomi.

“Pekerja migran itu punya tiga modal besar: modal uang, modal keterampilan, dan modal etos kerja. Kuncinya disiplin dan mampu menentukan prioritas. Sisihkan dulu untuk investasi, baru sisanya untuk konsumsi. Jangan sampai terbalik,” tegas Nova Erna.

Ia juga menekankan pentingnya komunikasi keuangan yang terbuka antara PMI yang bekerja di luar negeri dengan keluarga yang ditinggalkan di rumah, agar tidak menimbulkan konflik dan salah paham.

Antusiasme peserta terlihat sepanjang kegiatan. Budiono, peserta asal Desa Kalipucung, mengaku pelatihan ini membuka wawasannya tentang risiko migrasi dan pentingnya perencanaan finansial yang matang.

“Awalnya saya hanya fokus bagaimana bisa berangkat ke luar negeri. Tapi kemudian saya berpikir, daripada bekerja lebih baik menciptakan pekerjaan. Saya akhirnya tidak jadi berangkat. Dari pelatihan literasi keuangan ini, saya jadi paham bahwa utang biaya penempatan harus dikelola dengan rencana yang matang, karena itu sangat berpengaruh pada keberhasilan pekerja migran,” ujar Budiono.

Hal senada disampaikan Nur Aisyah Devi dari Desa Gandusari. Ia merasa lebih siap menghadapi tantangan komunikasi jarak jauh terkait pengelolaan keuangan keluarga.

“Sering dengar cerita, komunikasi soal uang dengan suami di luar negeri itu rawan salah paham. Tapi di sini kami diajarkan menyusun perencanaan bersama yang transparan. Suami jadi tahu uang yang dikirim akan digunakan untuk apa, misalnya untuk modal usaha kecil setelah pulang nanti,” ungkapnya.

Pelatihan ditutup dengan sesi refleksi dan evaluasi perencanaan keuangan yang dipandu Suparno selaku fasilitator, serta penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) bersama.

Langkah ini dilakukan untuk memastikan komitmen peserta dalam mengimplementasikan rencana keuangan tetap berjalan hingga masa penempatan kerja tiba.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara KOPI Kabupaten Blitar dan Yayasan INFEST Yogyakarta, dengan dukungan dari AWO International, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan ekonomi keluarga pekerja migran sejak sebelum berangkat ke luar negeri. (Bin/red)