Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Refleksi Harlah ke-65 PMII, Prof. Wahidul Anam: PMII Tak Bisa Dipisahkan dari NU

Prof. Wahidul Anam Menyampaikan Refleksi Harlah PMII Ke-65 Tahun di Balai Kota Kosoemo Wicitro

MATABLITAR.COM – Suasana haru dan semangat kebersamaan menyelimuti Gedung Balai Kota Koesoemo Wicitro Blitar saat berlangsung puncak acara Halal Bihalal dan Harlah ke-65 PMII yang digelar oleh Ikatan Alumni (IKA) PMII Blitar Raya. Minggu, (20/4/25).

Selain dihadiri ribuan alumni dan tokoh penting, acara ini menjadi momen reflektif ketika Prof. Wahidul Anam, Rektor IAIN Kediri sekaligus alumni PMII, menyampaikan orasi yang sarat makna dan kesadaran historis.

Dalam pidato reflektifnya, Prof. Wahidul Anam menekankan pentingnya generasi muda PMII memahami kembali akar sejarah dan identitas gerakan ini. Ia mengingatkan bahwa lahirnya PMII tidak bisa dilepaskan dari rahim besar Nahdlatul Ulama (NU), baik secara nilai maupun sejarah kelembagaan.

“Dulu PMII awalnya lahir dari komisariat perguruan tinggi IPNU dan IPPNU,” ujarnya, mengajak para hadirin menelusuri jejak kelahiran PMII yang bermula dari semangat para santri dan kader muda NU dalam menjawab tantangan zaman di ruang-ruang akademik.

Karena itu, lanjutnya, setiap kader PMII harus memiliki pemahaman yang utuh tentang prinsip Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) an-Nahdliyah.

“PMII bukan hanya organisasi mahasiswa biasa. Ia tumbuh dari akar tradisi keilmuan dan spiritualitas NU yang menjunjung tinggi toleransi, kebangsaan, dan moderasi dalam beragama,” tegasnya.

Tak hanya kepada kader aktif, Prof. Wahidul juga menyampaikan pesan penting kepada para alumni PMII yang kini telah tersebar di berbagai profesi: dari birokrat, akademisi, pengusaha, hingga tokoh masyarakat. Ia mengajak semua alumni untuk tidak lupa mengulurkan tangan bagi regenerasi kader.

“Support untuk adik-adik kader aktif itu bukan sekadar materi, tapi juga membuka jejaring, berbagi pengalaman, hingga mendampingi mereka menghadapi tantangan zaman,” ujarnya.

Orasi yang disampaikan dengan penuh semangat namun tetap teduh ini menjadi titik balik kesadaran kolektif bahwa PMII bukan sekadar organisasi temporer di masa mahasiswa, tetapi merupakan gerakan yang berkelanjutan, yang harus terus disambungkan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui peran aktif alumni dan kader.

Di akhir refleksinya, Prof. Wahidul berharap agar Harlah ke-65 ini menjadi momentum memperkuat komitmen ideologis kader PMII sekaligus merekatkan solidaritas antaralumni.

“Kita punya warisan besar, yakni nilai-nilai Aswaja dan perjuangan sosial. Mari jaga bersama dan terus kita rawat dari mana pun kita berada,” pungkasnya. (Bin/red)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *