Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Kopri PMII Blitar Bangkitkan Semangat Perempuan Pejuang di Era Digital

Maya Megi Antasari (Tengah) Saat Menyampaikan Materi dalam Ruang Puan PART 5 Kopri PMII Blitar

MATABLITAR.COMSemangat pemberdayaan perempuan kembali digaungkan oleh Kopri PMII Blitar melalui agenda bertajuk Ruang Puan PART 5 yang digelar pada Minggu (25/5/2025) di Daff Coffee, Kanigoro.

Dengan mengusung tema Women Empowerment, kegiatan ini menjadi ruang reflektif sekaligus inspiratif bagi para kader perempuan PMII untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan organisasi.

Salah satu narasumber yang hadir dalam diskusi tersebut adalah Maya Megi Antasari, mantan Ketua Kopri PMII Blitar periode 2016–2017. Kehadirannya memberikan warna tersendiri karena ia merupakan salah satu pionir kader perempuan PMII dari STKIP Blitar, yang memulai kiprah organisasinya pada tahun 2012.

“Saya dulu sendirian dari kampus STKIP yang ikut PMII. Teman-teman saya belum banyak yang tertarik. Jadi ya, saya dilatih mandiri sejak awal,” kenang Maya di depan peserta.

Cerita perjuangan Maya bukan hanya soal keberanian bergabung dalam organisasi, tapi juga soal bagaimana perempuan ditempa untuk tangguh dan tidak bergantung pada siapa pun. Ia mengenang saat mengikuti Sekolah Kader Perempuan (SKP) di Malang hanya dengan uang saku berangkat.

“Waktu itu saya naik kereta, pulangnya dipikir belakangan. Tapi dari situ saya belajar bahwa menjadi perempuan kader harus siap jadi petarung, bukan manja,” tegasnya.

Maya juga menyoroti tantangan kaderisasi Kopri di masa lalu yang serba terbatas. Minim informasi, keterbatasan akses, hingga tidak adanya tradisi pengkaderan lanjutan usai MAPABA, membuat regenerasi terasa lamban. Namun, semangat untuk terus bertahan tak pernah padam.

“Kalau sekarang saya lihat Kopri PMII Blitar bisa menggelar acara dengan peserta sebanyak ini, saya jujur kaget dan bangga. Dulu mana ada yang seperti ini,” ujarnya.

Ia menyebut masa-masa setelah MAPABA biasanya sunyi dari kegiatan. Bahkan saat ia menjabat ketua Kopri dan akan mengirimkan delegasi Kopri ke Kongres PMII, banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk restu dari orang tua.

Menurut Maya, regenerasi dalam organisasi adalah keniscayaan. Jika satu kader tidak bisa melanjutkan tugas, maka kader lainnya harus siap menggantikan.

“Roda organisasi tidak boleh berhenti. Jangan takut salah, karena organisasi adalah tempat belajar,” pesannya.

Ia juga mengajak para kader perempuan PMII untuk tidak hanya aktif di kampus, tapi juga melibatkan diri dalam organisasi kemasyarakatan setelah lulus.

“Ilmu yang kita dapat di kampus, baik pendidikan maupun sosial, harus dipraktikkan di masyarakat. Jangan hanya jadi teori.” tandas Maya.

Sesi diskusi ini menjadi momen pembelajaran yang dalam bagi para peserta. Tak sedikit yang mengaku terinspirasi oleh kisah perjuangan Maya dan merasa semakin percaya diri untuk melangkah lebih jauh dalam organisasi dan kehidupan sosial.

Panitia Ruang Puan PART 5, Siska Dwi Ningsih, yang juga masih aktif menjabat sebagai ketua Kopri PMII Blitar dalam sambutannya, menyampaikan bahwa kegiatan ini akan terus berlanjut sebagai ruang reflektif dan kaderisasi Kopri PMII Blitar.

“Kami ingin perempuan di Blitar punya ruang untuk belajar, bertukar pengalaman, dan saling menguatkan.” ungkapnya

Melalui forum seperti ini, Kopri PMII Blitar tidak hanya mencetak kader intelektual, tapi juga membentuk karakter perempuan-perempuan tangguh yang siap menjadi motor perubahan di masyarakat.
“Ruang Puan bukan sekadar diskusi, ia adalah gerakan yang menjadikan pengalaman sebagai bahan bakar perjuangan.” Tandasnya. (Binti/red)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *