MATABLITAR.COM – Keterbatasan pendampingan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) masih menjadi tantangan serius. Jumlah anak binaan yang tinggi tidak sebanding dengan dukungan sumber daya, sehingga berdampak pada rendahnya self-esteem dan resilience anak-anak yang tengah menjalani masa pembinaan.
Menjawab persoalan itu, tim Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan program pembelajaran berbasis misi “REACH” di LPKA Kelas I Blitar.
Ketua Tim REACH, Elvina Khoirunisa Alim, menjelaskan bahwa gagasan ini lahir dari keprihatinan terhadap keterbatasan dukungan psikologis dan sumber daya yang dihadapi lembaga pembinaan.
Data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mencatat ada 174.432 anak binaan di seluruh Indonesia. Kondisi tersebut memicu Elvina dan tim untuk memberikan kontribusi nyata.
“Permasalahan ini menjadi pemantik bagi kami untuk menghadirkan program pendampingan yang mampu menjawab tantangan LPKA, khususnya di Blitar,” kata Elvina, Kamis (25/9/2025).
Lima Misi REACH
Program REACH dirancang dalam lima misi utama, yakni Risecognize, Engagement, Act, Creativity, dan Hope. Pendekatan ini berlandaskan teori well-being atau PERMA, dengan tujuan meningkatkan partisipasi serta ketertarikan anak binaan untuk belajar sesuai kebutuhan kontekstual.
Risecognize: mengenalkan potensi diri melalui journaling, forum berbagi, hingga penulisan surat untuk diri sendiri.
Act: melatih keberanian berpendapat dan pengambilan keputusan melalui debat serta roleplay.
Creativity: menggali potensi kreativitas lewat karya sederhana sesuai minat anak.
Engagement: menumbuhkan kerja sama, komunikasi, dan sikap saling menghargai dalam tim.
Hope: mengajak anak merumuskan mimpi serta target pribadi melalui flashcard harapan untuk kehidupan pasca reintegrasi.
“Lewat menulis, anak binaan bisa menuangkan perasaan dan pikiran mereka. Ini menjadi wadah yang selama ini jarang tersedia,” terang Elvina, mahasiswa Departemen Matematika ITS.
Program yang berlangsung sepanjang September 2025 itu mendapat apresiasi dari pihak LPKA Kelas I Blitar. Salah satu staf seksi pembinaan, Riska Latifatul, menilai pendekatan REACH sangat terstruktur sehingga mudah dipahami anak binaan.
“Anak-anak mengikuti kegiatan ini dengan senang hati tanpa ada paksaan. Mereka bisa mengenali diri sekaligus menemukan mimpi mereka,” ujarnya.
Elvina berharap, konsep REACH dapat direplikasi di lembaga pembinaan lain agar manfaatnya lebih luas. Menurutnya, program ini bukan hanya membantu anak binaan mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, tetapi juga mendukung target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
“Program ini berkontribusi pada SDGs poin 10 tentang berkurangnya kesenjangan dan poin 4 tentang pendidikan berkualitas,” tegasnya. (*)