MATABLITAR.COMSutojayan – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kedungbunder Sutojayan Blitar mulai memasuki era digital dengan meluncurkan Kartu Pelajar berbasis barcode sebagai sistem absensi dan identitas terpadu.

Program yang diuji coba pada Selasa (9/12/2025) ini menjadi langkah awal madrasah dalam mempermudah layanan sekaligus meningkatkan pengawasan terhadap siswa.

Kartu pelajar digital ini dirancang untuk mendukung berbagai aktivitas di lingkungan sekolah, mulai dari absensi harian, peminjaman buku di perpustakaan, hingga transaksi pembelian makanan di kantin. Semua proses tersebut akan terintegrasi dengan sistem aplikasi Smart Attendance.

Pada tahap awal, pihak operator memilih siswa kelas atas untuk mengikuti uji coba sistem. Sebanyak 60 siswa dari kelas 5 dan 6 ditunjuk sebagai peserta pertama.

“Untuk stimulasi ini kami memilih kelas atas terlebih dahulu. Menurut kami, mereka sudah mampu menerima penjelasan seperti ini. Harapannya, nanti mereka bisa membantu mengajari adik-adik kelas agar prosesnya lebih mudah,” ujar Imron, operator sistem absensi MI Kedungbunder.

Pelaksanaan uji coba dimulai dengan menyiapkan perangkat seperti laptop, alat pemindai barcode, dan perlengkapan pendukung lainnya. Setiap siswa kemudian menerima kartu pelajar baru yang dapat dibawa pulang untuk digunakan setiap hari.

Usai penjelasan dari guru, siswa dipanggil satu per satu untuk mencoba memindai kartu mereka. Mulai besok, absensi harian akan dilakukan menggunakan sistem barcode tersebut.

Pihak sekolah juga menjadwalkan evaluasi rutin setiap hari untuk memastikan kelancaran penggunaan dan mengatasi kendala yang mungkin muncul.

Aplikasi Smart Attendance yang digunakan dalam sistem ini membutuhkan data diri siswa secara lengkap, mulai dari nama, nomor induk siswa, alamat, nama orang tua, hingga nomor WhatsApp wali.

“Jika aplikasi ini dipindai, akan otomatis muncul ucapan selamat datang menggunakan nama siswa,” tambah Imron.

Keunggulan lain dari sistem ini adalah fitur notifikasi otomatis kepada orang tua. Jika siswa melakukan absensi, pesan akan langsung terkirim ke WhatsApp wali.

Sekolah juga dapat mengatur rentang waktu absensi, misalnya pukul 06.00–07.15. Jika siswa datang melewati batas waktu tersebut, sistem akan mencatatnya sebagai alfa sebelum dikonfirmasi oleh wali kelas.

Pihak madrasah menyebutkan bahwa penggunaan kartu pelajar digital bukan hanya soal modernisasi, tetapi juga bentuk kepedulian sekolah terhadap orang tua.

“Aplikasi ini membantu orang tua mengetahui keberadaan anaknya. Selain itu, kami ingin memanfaatkan proses digitalisasi di era modern ini,” jelas Imron.

Melalui inovasi ini, MI Kedungbunder berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih tertib, transparan, dan sesuai dengan perkembangan teknologi.

Program ini sekaligus menjadi langkah awal menuju layanan pendidikan yang lebih efisien dan ramah bagi siswa maupun orang tua. (Binti/red)