MATABLITAR.COM – Di tengah suasana malam syahdu dengan rintik hujan yang mengguyur sejak sore, ratusan Nahdliyin dari berbagai komunitas di Blitar Raya memadati Pendopo Pondok Pesantren Maftahul Ulum Jatinom, Kanigoro. Mereka hadir dalam acara “Kajian Ramadhan dan Liwetan Sahur Bareng”. Jumat, (28/03).
Kegiatan ini digelar oleh PC IKA-PMII Blitar Raya bersama sejumlah organisasi, termasuk PP Maftahul Ulum Jatinom, PC ISNU Kabupaten dan Kota Blitar, PC GP Ansor Kabupaten dan Kota Blitar, PC PMII Blitar Raya, Lakpesdam NU Kabupaten Blitar, serta MATA BLITAR.
Acara ini mengusung tema “Menjaga Pancasila Outlook Indonesia di Masa Depan” dan menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Dr. (HC) H. Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga RI periode 2014-2019, serta Dr. H. Ibrahim Kholilul R, dosen Universitas Indonesia sekaligus pengurus Badan Inovasi Strategis PBNU.
Sebagai rangkaian dari acara, Kegiatan diawali dengan pembacaan surat yasin, surat al waqiah dan surat al mulk. Kemudian Tahlil secara bersama sama.
Menjelang tengah malam, sekitar pukul 22.45 WIB, rombongan Imam Nahrawi tiba dari Surabaya dan disambut dengan antusias oleh peserta yang spontan berdiri memberi penghormatan.
Acara kemudian dibuka secara resmi dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Ya Lal Wathan, yang menggema di seluruh area pesantren.
Gus Ahmad Khubby Ali, Pengasuh Pondok Pesantren Maftahul Ulum, dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara ini.
“Alhamdulillah, malam ini kita bisa menggelar sahur bareng, sekaligus beritikaf, berdoa meraih Lailatul Qadar, dan mendapat berkah dari para senior yang hadir,” ujarnya penuh semangat.
Heri Setiyono, Ketua PC IKA PMII Blitar Raya yang mewakili panitia penyelenggara, juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
“Mudah-mudahan kita mendapat berkah dari acara ini. Yang paling penting adalah menjaga silaturahim dalam lingkup Nahdlatul Ulama, agar tetap erat dan penuh manfaat,” kata Hesty dalam sambutannya.
Sebelum memasuki sesi diskusi, suasana semakin hangat dengan penampilan tarian sufi dari para santri PP. Maftahul Ulum. Gerakan berputar yang harmonis dari para penari menghadirkan nuansa spiritual yang mendalam, seakan menyatu dengan angin malam yang menyelimuti pondok pesantren.
Acara resmi dibuka dengan doa yang dipimpin oleh KH. Ahmad Mudhofi, Pengasuh Ponpes Roudlotul Hanan Sawentar, tepat pada pukul 00.29 WIB. Kajian dan diskusi kemudian dimulai dengan dipandu oleh Sahabat Erlin.

Imam Nahrawi, yang akrab disapa Mas Imam, dalam sesi pertama memberikan motivasi dan berbagi pengalaman hidupnya kepada para peserta.
“Niat saya datang ke sini hanya untuk silaturahim, berbagi doa, semangat, dan inspirasi kepada sahabat-sahabat semua,” tuturnya dengan penuh kehangatan.
Menurutnya, silaturahim adalah kunci utama dalam menjaga persatuan dan memperkuat semangat kebangsaan. Ia juga menekankan pentingnya menata niat dalam berbagai aktifitas kehidupan.
Pada sesi berikutnya, giliran Dr. H. Ibrahim Kholilul R, atau yang akrab disapa Gus Ibra, menyampaikan pandangannya tentang “Outlook Indonesia di Masa Depan”.
Sebagai seorang ahli ekonomi, ia menjelaskan kondisi ekonomi Indonesia dalam beberapa dekade terakhir serta tantangan yang harus dihadapi.
Para peserta tampak serius menyimak pemaparannya, meskipun beberapa di antaranya terlihat sedikit tegang saat membahas istilah ekonomi global yang cukup kompleks.
Diskusi berlangsung dinamis, dengan beberapa peserta aktif bertanya dan menanggapi materi yang disampaikan oleh narasumber.
Tepat pukul 02.54 WIB, sesi diskusi diakhiri dan dilanjutkan dengan sahur bersama. Tradisi ‘kenduman’ ala pesantren menjadi ciri khas dalam momen ini, di mana nasi dan lauk-pauk disajikan secara berjejer di atas daun pisang, lalu disantap bersama-sama dalam suasana penuh kehangatan.
Di tengah acara sahur, Syauqul Muhibbin, Wali Kota Blitar, tampak hadir dan berbaur dengan peserta. Kehadirannya semakin menambah semangat kebersamaan dalam acara yang tidak hanya menjadi ajang diskusi intelektual, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antar Nahdliyin.
Kajian Ramadhan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang kondisi Indonesia di masa depan, tetapi juga menjadi ajang memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Bin/red)