Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Sahabat Ibin; Dari Aktivis, Menuju Balai Kota Blitar

Putut Dairobi*

Masih teringat jelas, tahun 2008 adalah masa-masa penuh semangat, ketika waktu itu saya masih aktif sebagai Ketua Umum PC PMII Blitar Raya. Saat itu dunia aktivis adalah panggung di mana ide-ide besar dan komitmen terhadap keadilan diuji.

Di tengah hiruk-pikuk pergerakan mahasiswa, ada salah satu sosok yang saya kagumi, seorang teman diskusi yang luar biasa, yaitu sahabat Syauqul Muhibbin, yang lebih akrab disapa Mas Ibin.

Waktu itu, Mas Ibin baru saja menyelesaikan studinya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan kembali ke Blitar. Ia langsung turut berkecimpung di Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) NU Blitar, sebuah lembaga yang menjadi rumah bagi banyak aktivis muda NU.

Tak jarang, ia tidur di kantor LAKPESDAM di Jalan Riau, Kota Blitar. Kantor itu bukan sekadar tempat kerja, tapi menjadi ruang diskusi, tempat bertukar pikiran, dan merancang gerakan.

Satu hal yang paling saya ingat tentang Mas Ibin adalah jiwa aktivisnya yang selalu membara. Pengalaman panjangnya menjadi aktivis PMII Yogyakarta sepertinya membuat ia tak pernah kehilangan api perjuangan.

Dan yang membuatnya lebih istimewa lagi adalah perpaduan antara semangat aktivis dengan pemahaman agama yang mendalam, hasil dari tempaan di pesantren Denanyar Jombang dan Krapyak Yogyakarta.

Kolaborasi latarbelakang aktivis dan santri ini membuatnya santun dalam berbicara, bijak dalam berpikir, dan selalu berpijak pada prinsip-prinsip keadilan.

Pernah suatu ketika, saya dan beberapa sahabat PMII Blitar berselisih pendapat tentang aliansi gerakan aksi massa. Sebagian besar sahabat tidak sepakat dengan bentuk aliansi yang direncanakan, merasa bahwa hal itu mungkin keluar dari jalur prinsip perjuangan kita.

Di tengah kebingungan, Mas Ibin dengan tenang mengingatkan kami bahwa dalam gerakan, kita harus komitmen pada kebaikan dan keadilan. Selama aliansi itu mendukung nilai-nilai tersebut, maka itu adalah langkah yang harus didukung.

Meski sederhana, namun kata-kata Mas Ibin saat itu sangat menggugah. Dalam kebuntuan dan dinamika gerakan, ia mampu melihat esensi dari sebuah tindakan, mengingatkan kami semua untuk tetap pada jalur yang benar.

Setelah tahun 2009, jalan hidup kami mulai berbeda. Mas Ibin kemudian menjadi PNS dan berkantor di Jakarta sebagai asisten Ketua KPU RI.

Meskipun begitu, ia tetap tidak bisa jauh dari dunia aktivis. Hingga kini, ia masih tercatat aktif sebagai Wasekjen PP. Ansor, sebuah bukti bahwa semangat aktivisnya tidak pernah padam.

Kemarin, 28 Agustus 2024, banyak media mengabarkan bahwa Mas Ibin mendaftar ke KPU sebagai bakal calon Wali Kota Blitar berpasangan dengan Mbak Elim Tyu Samba sebagai wakilnya. Bagi saya, ini adalah langkah alami dari perjalanan panjang seorang aktivis sejati.

Menjadi seorang kepala daerah adalah bagaimana memperluas manfaat, dan saya yakin itulah yang ada di benak Mas Ibin. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan Kota Blitar.

Saya merasa optimis. Kota Blitar membutuhkan pemimpin seperti dia, seorang pemuda yang tidak hanya memiliki visi yang jelas, tetapi juga memiliki rekam jejak yang menunjukkan kesetiaan pada prinsip-prinsip yang benar.

Saya yakin, jika diberi amanah, Mas Ibin akan mampu membawa Kota Blitar ke arah yang lebih baik. Dengan latarbelakang Aktivis dan Santri, ia akan memimpin dengan hati, dengan prinsip, dan tekad untuk memastikan keadilan benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selamat berjuang Sahabat Ibin. Semoga segala niat baikmu dimudahkan. Tantangan di depan pasti tidak mudah. Tapi percayalah, bahwa ada banyak orang baik di belakangmu, yang akan selalu mendukung dan mendo’akanmu.

Blitar, 29/08/2024

*Penulis : Putut Daerobi (Ketua Umum PC PMII Blitar Raya Masa Bakti 2008-2009)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *