MATABLITAR.COM – Makam Bung Karno di Blitar memiliki banyak hal menarik yang membuatnya menjadi destinasi yang wajib dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, baik untuk berziarah maupun untuk sekadar menikmati nilai historis dan arsitekturnya.
Kompleks makam Bung Karno dirancang dengan arsitektur Jawa yang kental. Atap joglo pada pendopo yang menaungi makam Bung Karno adalah salah satu ciri khas budaya Jawa.
Arsitektur ini melambangkan kekuatan, stabilitas, dan keluhuran budaya, sesuatu yang sangat relevan dengan nilai-nilai yang diusung Bung Karno sepanjang hidupnya.
Di sekitar makam, terdapat berbagai elemen yang penuh simbolisme, seperti Batu Nisan Pancasila, yang menjadi penghormatan atas peran Bung Karno dalam merumuskan ideologi Pancasila.
Batu marmer hitam besar yang berada di dekat makam juga melambangkan kekekalan dan kesetiaan kepada prinsip-prinsip dasar negara Indonesia.
Banyak orang yang merasa makam ini memiliki aura spiritual yang kuat. Kisah-kisah mistis dan pengalaman spiritual yang dialami para peziarah sering kali dikaitkan dengan tempat ini, menjadikan makam Bung Karno tidak hanya sebagai destinasi sejarah, tetapi juga sebagai tempat ziarah spiritual.
Tidak jauh dari kompleks makam, terdapat Museum Bung Karno yang menyimpan berbagai koleksi pribadi sang proklamator, mulai dari buku-buku, benda-benda pribadi, hingga foto-foto sejarah.
Museum ini memberikan gambaran yang lebih dalam tentang kehidupan Bung Karno, tidak hanya sebagai presiden pertama Indonesia, tetapi juga sebagai manusia biasa yang memiliki passion besar untuk bangsanya.
Makam Bung Karno selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai penjuru Indonesia. Banyak peziarah datang untuk memberikan penghormatan, berdoa, atau bahkan memohon berkah.
Dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, ziarah ke makam tokoh penting atau leluhur adalah tradisi yang sarat makna spiritual.
Sejarah Singkat Makam Bung Karno
Makam Bung Karno terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Tidak jauh dari pusat kota, lokasi ini menjadi tempat wisata ziarah yang tak pernah sepi pengunjung.
Makam tersebut terletak di kompleks yang luas, dikelilingi oleh pepohonan rindang yang memberikan nuansa damai dan tenang.
Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Keputusan untuk memakamkan beliau di Blitar awalnya menjadi perdebatan sengit di antara keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Namun, akhirnya Blitar dipilih sebagai tempat peristirahatan terakhir karena di sinilah ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo, dimakamkan.
Keputusan memakamkan Bung Karno di Blitar menimbulkan beberapa spekulasi. Salah satu yang paling banyak dibicarakan adalah teori bahwa Bung Karno sendiri sebenarnya ingin dimakamkan di Bali.
Dalam beberapa catatan sejarah, Bung Karno diketahui sangat mencintai budaya Bali dan merasa terhubung secara spiritual dengan pulau tersebut.
Namun, pemerintah Orde Baru saat itu mengambil keputusan berbeda, memakamkan Bung Karno di Blitar sebagai bentuk penghormatan atas sejarah keluarganya.
Sebagian pengamat sejarah juga menyebutkan bahwa pemilihan Blitar didasari oleh alasan politik. Soeharto, presiden saat itu, dianggap ingin mengendalikan narasi tentang Bung Karno setelah kejatuhan rezimnya.
Memakamkan Bung Karno di Blitar, yang jauh dari pusat kekuasaan di Jakarta, dianggap sebagai upaya untuk “menjauhkan” pengaruh Bung Karno dari pusat perhatian nasional.
Arsitektur Makam Bung Karno yang Penuh Simbol
Satu hal yang menarik perhatian pengunjung adalah arsitektur makam Bung Karno yang sarat dengan simbol-simbol tertentu. Kompleks makam ini didesain dengan gaya arsitektur Jawa, di mana terdapat sebuah pendopo besar yang menaungi makam.
Atap pendopo berbentuk joglo, mencerminkan kebudayaan Jawa yang sangat dekat dengan Bung Karno, meski beliau sendiri adalah figur yang dikenal mengusung pluralisme dan nasionalisme.
Di bagian atas makam terdapat nisan bertuliskan, “Di sini dimakamkan Bung Karno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia.” Sederhana namun penuh makna, tulisan ini menjadi saksi bisu perjalanan hidup seorang pemimpin besar yang mempersatukan bangsa.
Salah satu simbol yang menarik adalah keberadaan sebuah batu marmer hitam besar di dekat makam, yang dikenal sebagai Batu Nisan Pancasila. Batu ini menjadi simbol peran Bung Karno dalam merumuskan ideologi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Di sekitar makam juga terdapat patung Bung Karno yang berdiri gagah, menghadap ke arah monumen yang merepresentasikan cita-citanya untuk membawa Indonesia menjadi negara besar.
Kisah Mistis di Sekitar Makam Bung Karno
Selain sejarah dan simbol-simbol yang ada, makam Bung Karno juga tidak lepas dari kisah-kisah mistis yang menyertainya. Beberapa pengunjung mengaku merasakan aura spiritual yang kuat saat berziarah ke makam tersebut.
Beberapa cerita mistis berkembang di kalangan masyarakat, seperti adanya penampakan sosok Bung Karno yang muncul di sekitar makam, terutama pada malam hari.
Cerita-cerita ini memang sulit untuk diverifikasi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa makam Bung Karno memiliki daya tarik tersendiri yang membawa banyak orang untuk berziarah.
Sebagian besar masyarakat datang dengan tujuan berdoa dan memohon berkah, meski ada juga yang tertarik untuk menyaksikan fenomena mistis yang diceritakan.
Selain cerita-cerita mistis, terdapat beberapa fakta menarik mengenai makam Bung Karno yang patut diketahui:
1. Dibangun Kembali pada Era Soeharto: Kompleks makam Bung Karno yang ada saat ini bukanlah bangunan asli. Pada tahun 1979, pemerintah Orde Baru melakukan renovasi besar-besaran pada kompleks makam ini. Sebelumnya, makam tersebut sangat sederhana, hanya ditandai dengan sebuah nisan tanpa bangunan pendukung.
2. Wisata Sejarah: Selain berfungsi sebagai tempat ziarah, kompleks makam Bung Karno kini juga menjadi destinasi wisata sejarah yang dikunjungi oleh ribuan orang setiap tahun. Di area makam, terdapat Museum Bung Karno yang memamerkan koleksi pribadi sang proklamator, termasuk buku-buku, pakaian, dan benda-benda lainnya yang memiliki nilai sejarah tinggi.
3. Batu Peninggalan dari Marmer Italia: Batu nisan makam Bung Karno terbuat dari marmer hitam yang didatangkan langsung dari Italia. Material ini dipilih untuk memberikan kesan megah dan kekal, sebagai penghormatan atas jasa-jasa beliau.
Makam Bung Karno di Blitar bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang proklamator, tetapi juga situs penuh makna yang sarat akan nilai sejarah dan simbol-simbol kebesaran bangsa.
Di balik megahnya bangunan makam ini, tersimpan berbagai misteri dan kisah menarik yang membuatnya menjadi destinasi yang wajib dikunjungi.
Bagi siapa saja yang ingin mengenang perjuangan Bung Karno dan menghayati nilai-nilai yang beliau tinggalkan, berziarah ke makam ini dapat menjadi pengalaman spiritual dan historis yang mendalam.
Referensi:
1. Adams, Cindy. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung Agung, 1965.
2. Sukarno, Ir. Dibawah Bendera Revolusi. Jakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1965.
3. Soegiarso Soerojo. Blitar: Sejarah dan Warisan Budaya. Blitar: Pustaka Blitar, 2003.